Senin, 05 Oktober 2009

Melihat, Mempertimbangkan, dan Belum Memutuskan... Catatan Perjalanan Survey Pendahuluan

Kami berempat tidak tahu dimana mesti langkah ini berhenti. Perjalanan selama kurang lebih 30 menit dari kampus Unibraw sampai Desa Klampok, Singosari tidak terasa melelahkan. Karena bagi kami, sebelum mendapat kepastian lokasi yang akan dijadikan pusat kegiatan pelatihan, berarti tugas pertama kami belum selesai.

Sesampai kami di depan balai desa Klampok, segera kami mulai berdiskusi sambil menghisap rokok (harap maklum, kebiasaan ini belum bisa hilang tapi niat untuk berhenti selalu ada). Diskusi ala kadarnya di depan balai desa diawali dengan mendengar pendapat masing-masing mengenai keadaan umum Desa Klampok berdasarkan pengamatan singkat kami. Beragam pertimbangan sebelum memutuskan apakah lokasi ini layak dijadikan tempat pelatihan muncul dari kami. Kami berempat berkesimpulan sementara bahwa tidak ada yang istimewa, terkait dengan potensi alam, kehidupan berkelanjutan dan sosial budaya-sebagaimana komunitas kami menancapkan visi.

Salah seorang kawan menyarankan untuk melihat Desa Gunungrejo yang bersebelahan dengan desa Klampok. Tanpa banyak pertimbangan, kami kembali ke posisi duduk kami di atas jok sepeda motor untuk segera meluncur ke lokasi yang disarankan, Desa Gunungrejo. Tidak butuh waktu terlalu lama dari Desa Klampok untuk sampai ke Desa Gunungrejo. Jalan aspal yang banyak mengalami kerusakan, penuh lubang (sepertinya kondisi yang biasa terjadi dimanapun di Indonesia) dan menanjak menjadi bagian dari perjalanan kami. Kami menghentikan laju sepeda motor di depan Balai Desa Gunungrejo. Bagi kami, balai desa merupakan titik yang tepat untuk berhenti. Kami berharap keberuntungan dapat bertemu dengan kepala desa sehingga dengan mudah kami akan menyampaikan niat kami dan tentunya menjelaskan siapa kami.

Namun kami segera menyadari, tidak mungkin bertemu pak kades di kantor desa, mengingat waktu telah menunjukkan jam diluar kerja para aparat desa. Sekedar infomasi pandangan mata, kantor Desa Gunungrejo dalam proses pembangunan, kondisi bangunannya tersusun hampir 100%, hanya ruang pertemuan saja yang masih berupa tiang penyangga/pilar berjumlah empat buah. Bentuk bangunan kantor desa menyerupai rumah modern bergaya minimalis yang lagi jadi “trend” bangunan rumah saat ini. Areanya cukup luas, sekitar seperempat hektar. Di belakang kantor desa telah ditanami beberapa tanaman penyejuk. Masih tersisa lahan kosong, yang cukup untuk tempat berkumpul dan membuat acara api unggun. Kondisi yang mengingatkan saya saat SD ketika mengikuti kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) dengan seragam Pramuka. Segera kami bersatu suara untuk memutuskan bahwa Desa Gunungrejo merupakan lokasi yang pas untuk kegiatan kami.

Lega rasanya, ketika keputusan sementara berhasil kami buat. Namun, kami merasa belum puas dengan dua lokasi. Masih ada satu desa lagi yang perlu untuk didatangi, Desa Toyomarto. Butuh waktu sekitar 10 menit dengan mengendarai sepeda motor untuk sampai di lokasi survey yang ketiga. Kami menghentikan laju kendaraan di kawasan parkir yang diperuntukkan bagi pengunjung Candi Sumberawan. Kembali kami mendiskusikan kelayakan tempat. Dengan berbekal data dan informasi dari kawan yang pernah melakukan kuliah kerja praktek di desa tersebut, maka memutuskan untuk tidak menggunakan Desa Toyomarto sebagai lokasi kegiatan dengan berbagai pertimbangan.

Namun kami tidak segera memutuskan lokasi mana yang akan dijadikan pusat kegiatan pelatihan dari komunitas kami. Perut yang lapar rupanya cukup mengganggu “kecerdasan” sekaligus keliaran gagasan dari kawan-kawan. Keputusan yang dibuat adalah mencari tempat makan, dan bakso adalah pilihannya. Saya mengingat ada satu warung bakso di depan Candi Singosari yang sepertinya enak. Indikatornya, warung tersebut ramai dikunjungi. Segera kami meluncur, namun sayang warung tidak buka. Akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada warung mie ayam yang berada di depan kantor Polsek Singosari. Sambil menunggu mie ayam siap disajikan, kami mendiskusikan kembali perihal lokasi kegiatan. Muncul beberapa usulan alternatif tempat, yang memang dipahami oleh kawan-kawan karena pernah beraktifitas disana. Tak lupa kami mempertimbangkan rencana untuk mengadakan kegiatan pelatihannya di dalam kampus.Akhirnya kami memutukan untuk kembali melakukan survey di beberapa alternatif tempat yang telah disepakati. Setelah setelah menyantap semangkok mie ayam (tentu juga kewajiban membayarnya) dan beberapa biji pisang molen berukuran jumbo sebagai hidangan penutup, kami kembali ke “kandang”. (Sam Londho).

Catatan:

Survey pendahuluan dilaksanakan pada hari rabu, 30 September 2009.

Tim survey : Sam Dono, Sam Navis, Sam Edo dan Sam Londho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar