Senin, 05 Oktober 2009

KUCING MENJADI ANJING

Ada satu kisah unik yang saya peroleh dari komik Jepang, seorang tokoh dalam komik tersebut bernama Bakabon. Dalam salah satu kisahnya (dalam satu seri komik terdapat beberapa kisah), Bakabon menemui tetangganya, Pak Inugai yang sedang mengamati kucing yang berada di halaman rumahnya. Bakabon mengira kucing itu adalah peliharaan Pak Inugai. Namun, ternyata kucing itu bukan milik Pak Inugai, dan dia mengatakan lebih suka memelihara anjing daripada Kucing. Timbullah gagasan dari Bakabon untuk memperlakukan kucing tersebut seperti anjing. Ide ini direspon positif oleh pak Inugai. Terjadilah perintah-perintah konyol Bakabin dan Pak Inugai terhadap kucing. Hingga si kucing pun mengalami kebingungan akibat perlakukan kedua orang tersebut yang menganggapnya seekor anjing. Perlakuan Bakabon dan Pak Inugai secara terus menerus terhadap kucing yang diperlakukan menjadi anjing menghasilkan suara kucing yang tidak lagi “meong” melainkan “meguk”, sebuah ungkapan perpaduan antara suara kucing “meong” dan anjing “ guk guk..”

Kisah di atas boleh jadi mencoba memberi gambaran sekaligus kritik dari komik tersebut, atas perilaku manusia terhadap mahluk lain, bahkan terhadap sesama manusia. Ketika manusia mempunyai kuasa atas alam, maka akan ada beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukan sejalan dengan kewenangan yang dimilikinya. Kisah Bakabon dan Pak Inugai memperlakukan kucing alayaknya seekor anjing,yang digambarkan dengan gaya humor ala komik, mengingatkan kita manusia atas bagaimana seharusnya memperlakukan “umat” lain yang berbeda. Kerapkali kita –karena punya kuasa-memperlakukan mahluk hidup (termasuk manusia) secara semena-mena. Kita seolah lupa, bahwa mereka yang kita perlakukan semena-mena juga bagian dari kita. Bagian dari sebuah sistem kehidupan, yang sepatutnya diperlakukan sama tanpa membeda-bedakan, apalagi memperlakukannya seperti mainan.

Menilik sedkit lebih dalam, banyak kejadian di negeri ini dimana para penguasa/elite politik maupun ekonomi, memperlakukan ”konstituen” maupun para pekerja sesuai dengan kehendaknya sendiri. Mereka cenderung dikuasai oleh hasrat pemenuhan kebutuhan diri sendiri atau kepentingan golongannya. Sebagai pihak yang diperlakukan sekehendaknya oleh para penguasa, ”konstituen” maupun para pekerja hanya dapat menerima perlakuan tersebut sebagai proses yang mesti dijalani untuk menuju ”kehidup-an yang lebih baik”. Saya sengaja tidak membahas lebih jauh persoalan ini dari sudut pandang knstituen maupun para pekerja. Saya beranggapan,tulisan ini dalam rangka bersuara untuk mereka. Atau lebih tepatnya, saya berharap adanya keseimbangan dalam setiap bagain kehidupan yang berlangsung. Tidak ada yang mendominasi dan tidak ada yang didominasi (menjadi subordinat). Hidup dan kehidupan ini akan menjadi lebih baik ketika semua berlangsung seimbang..Itulah pesan yang saya dapat dari bagian akhir cerita Bakabon dan Pak Inugai dalam kucing menjadi anjing...[fas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar