Selasa, 13 Oktober 2009

Catatan Perjalanan Survey Menemukan Ruang Baru menuju Pemahaman Ekospiritual

Judulnya terkesan mengada-ada..namun, tidak bagi kami (atau saya)..Aku berpikir maka aku ada (cogito ergosum). Dalam proses melanjutkan tugas mencari lokasi kegiatan untuk pelaksanaan workshop, kami ber-delapan – para volunteer green map malang menetapkan lokasi sasaran adalah Kecamatan Wagir. Pukul tujuh kami standby di depan sekretariat BEM FP-UB. Sekitar jam 8 pagi kami berangkat menuju lokasi yang berjarak kurang lebih 40 km dari pusat Kota Malang (Jarak antara sekretariat BEM FP-UB dengan pusat kota Malang sekitar 6 km). Bisa dihitung jarak totalnya, kan?:)

Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke lokasi yang menjadi tujuan. Jalan yang berkelok-kelok dan melintasi hutan dan kawasan pertanian tumpang sari menjadi pemandangan di sekitar kawasan yang menjadi first destination. Namanya Desa Precet, udaranya cukup bersih, karena jauh dari perkotaan yang berarti pula relatif terhindar dari polusi kendaraan bermotor seperti yang terjadi di wilayah kota. Terdapat industri susu, yang lokasinya termasuk dalam wilayah Kec. Ngajum. Menurut penuturan warga setempat, terdapat sekitar 3.000 ekor sapi yang dipelihara oleh industri tersebut untuk menghasilkan susu yang kemudian dikemas menjadi produk susu dalam kemasan. Kami sempat melihat area untuk membuang limbah. Muncul pertanyaan dari masing-masing rekan mengenai keberadaan limbah industri. Namun, kami hanya sebatas berimajinasi dengan jawaban, karena kami tidak memahami benar apa, siapa, mengapa dan bagaimana..

Perut yang kosong membuat kami sulit untuk berpikir, seperti pepatah ..logika tanpa logistik gak bisa jalan...hehehe. Segera kami menuju warung untuk sarapan pagi, nasi dan lauk pauk tahu, tempe serta telur menjadi santapan kami. Tak lupa sambal sebagai teman setia-nya. Segelas teh atau kopi menjadi minuman pelepas dahaga. Setelah makan, kami pergi menuju lokasi berikutnya (tentu kewajiban membayar sudah kami tunaikan), yaitu kraton. Kami sebenarnya tidak mengetahui dimana lokasinya dan seperti apa bentuk bangunan yang disebut kraton. Kembali hutan dan jalan berliku menjadi kawan seiring dalam perjalanan. Hanya papan petunjuk yang menjadi panduan menuju lokasi kraton. Dari Desa Precet menuju kraton tertulis 3 km. Namun sepertinya lebih. Kamipun berkesimpulan bahwa 3 km tidak lagi ukuran yang mutlak dan pasti. 3 km menjadi nilai relatif , tergantung siapa yang mengukurnya (mungkin kepentingannya pun berbeda).

Sampailah kami di lokasi yang disebut Kraton, yaitu bangunan berderet ke atas yang merupakan tempat peribadatan dan meditasi. Kami menyebutnya, lokasi spritual sekaligus potensi wisata spiritual. Kami bertemu dengan petugas dari Perhutani dan penjaga kawasan spiritual Kraton. Kami menemukan banyak hal baru sekaligus pertanyaan-pertanyaan atas ketidaktahuan mengenai lokasi, sejarah, dan aspek lain yang terkait. Kami endapkan sejenak pertanyaan, karena mesti fokus pada tujuan awal, survey lokasi untuk kegiatan yang akan kami adakan. Kami terlibat percakapan panjang dengan petugas Perhutani, pengelola kawasan Kraton dan penjaga salah satu tempat peribadatan, yang telah lebih dari 40 tahun menjaga keberadaan lokasi. Hingga kamipun menaruh perhatian sekaligus apreciate dengan keberadaan kraton di wilayah tersebut. Mereka pun menaruh simpati terhadap kegiatan yang akan kami adakan, dan siap untuk membantu. Hal ini membuat kami bersemangat untuk mempertimbangkan lokasi Kraton sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.

Kami mengakhiri pembicaraan dengan berpamitan untuk menuju lokasi berikutnya, yaitu Gunung Kawi. Sekaligus kami hendak mendatangi rumah kepala desa untuk menanyakan perihal ijin kegiatan bilamana kami akan melaksanakan kegiatan disana. Jalanan yang menurun menuju kawasan permukiman yang berada di wilayah Kecamatan Ngajum menuntut kewaspadaan kami dalam berkendara. Sesamapai di pangkalan ojek kami menanyakan lokasi rumah Pak Kades yang ternyata sedang menikmati pertandingan bola di Stadion Kanjuruhan antara Arema melawan Persija. Ya...Arema benar-benar menjadi perhatian menarik bagi warga Malang raya, begitu antusias warga malang mendukung kesebelasan yang memang menjadi salah satu ikon kebanggaan arek malang. Meski tidak bertemu, kami sempat meninggalkan nomor kontak agar dapat dihubungi oleh Pak Kepala Desa dengan perantara slaah satu kerabat Pak Kades yang kebetulan berada di pangkalan ojek.

Kami melanjutkan perjalan menuju kawasan pesarean Gunung Kawi yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Konon, pengunjung kasawan tersebut berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri, seperti : Cina, Taiwan, dan Singapura. Ada daya tarik spiritual dari kawasan ini. Masyarakat umum cenderung mengenal dengan predikat yang bagi saya menyimplikasi, tempat mencari pesugihan. Kami tidak ingin larut dalam perdebatan mengenai keberadaan kawasan pesarean Gunung Kawi. Kami berusaha memanadang dan memaknai keberagaman sebagai karunia yang dimiliki oleh negeri tercinta ini.

Kamipun berjalan-jalan melintasi kawasan pesarean Gunung Kawi, hingga sampai di tempat utama yang merupakan tempat peristirahatan Eyang Panembahan Djoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono. Disinilah umumnya para pengunjung memulai aktifitas spiritualnya, dengan beragam keyakinan dan kepentingannya. Kamipun sempat merasakan aktifitas spiritual, dengan memasuki ruang persembahyangan. Sejenak kami hening dan setelah mengakhirinya, kami sempat berbincang dengan pemandu setempat yang menjelaskan secara filosofis keberadaan lokasi pesarean Gunung Kawi. Kamipun cukup mendapat wawasan pengetahuan mengenai hal ihwal lokasi. Kami semakin yakin, Malang memiliki potensi yang patut dikenalkan ke dunia luas sekaligus perlunya upaya melestarikan dengan menjaga dan merawatnya. Tak terasa waktu sudah pukul 3 sore. Kami sedang berusaha untuk mengejar untuk dapat menyaksikan pertandingan Arema melawan Persija dalam laga perdana Indonesian Super League. Namun sepertinya kami tidak yakin, karena dua hal: pertama, pertandingan berlangsung pukul 3.30 sore, sementara perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam. Kami masih harus berusaha memeperoleh tiket pertandingan, Sesuatu yang cukup sulit bagi kami mengingat pengalaman menunjukkan laga perdana sangat diminati oleh pecinta bola di Malang raya, sehingga tiket pertandingan akan mudah habis terjual. Kedua, Dalam perjalanan menuju stadion Kanjuruhan, kami melihat banyak para calon penonton -kami mengenalinya lewat atribut ala suporter yang dikenakannya- menuju arah kembali/pulang. Setelah kami memastikan bahwa tiket telah habis terjual maka kami memutuskan untuk kembali ke kampus. Kami mengakhiri perjalanan dengan makan sore sambil menyaksikan sisa pertandingan Arema melawan Persija, yang ternyata berbuah manis dengan kemenangan tuan rumah, AREMA. Salam satu Jiwa! (sam londho)

Tim Survey : sam Dono, sam Edo, sam Rifky, sam Londho, sam Napis, sam Adi, sam Angga, dan mbak Saras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar